Wednesday, October 15, 2008

Bahagia Yes, Sedih No? Bisakah?

Sebenarnya, yang ada cuma Bahagia, gak ada yang namanya Sedih.
Gak percaya?

Aku perhatikan, kita biasanya senang saat matahari terbit, krn siang menjelang, hari akan menjadi terang, saatnya kita bekerja, berkumpul dengan teman-teman, bersosialisasi dan sebagainya. Tapi pada saat matahari tenggelam, saat malam memeluk kita, hari akan menjadi gelap, saat kita akan beristrahat, berpisah dengan teman-teman, kita mulai dihinggapi rasa takut akan 'hantu' dan mahluk-mahluk malam lainnya, yang merupakan buah dari mitos yang telah kita ciptakan sendiri.

Pembaca...
Pernahkah kita berpikir, bahwa malam dan siang itu sama? hanya-lah perputaran waktu? Kenapa kita tidak sama-sama SENANG menyambut keduanya?
Seperti itulah sikap kita sebenarnya terhadap 'kesenangan' dan 'kesedihan'.
Kalau kita mau berpikir lebih jernih dan berperasaan lebih ikhlas, pasti kita akan selalu senang dan bahagia, apapun yang terjadi pd kita.

Pembaca...
Itulah sebenarnya yang Allah inginkan, agar hambaNya selalu berserah diri secara total kepada Tuhan (Arti kata Islam yang sebenarnya), sehingga dengan demikian, kita akan bisa secara total menyebarkan kedamaian dan cinta kasih (Arti Islam secara harfiah) kepada sesama mahluk Tuhan lainnya...

Ikhlas...
kata yang sederhana, dan pelaksanaannya pun sangatlah sederhana.
begitu mudah...
Tidak bisakah kita bersikap Ikhlas????

Wednesday, January 23, 2008

Isra' dan Mi'raj Rasulullah

Dari Anas bin Malik r.a katanya:

Rasulullah s.a.w bersabda: Aku telah dibawakan Buraq, yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari himar tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut menyentuh bumi. Baginda bersabda lagi: Tanpa membuang waktu, aku menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis. Baginda bersabda lagi: Aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Baginda bersabda lagi: Kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat dua rakaat. Setelah selesai aku keluar, tiba-tiba aku didatangi Jibril a.s. dengan semangkuk arak dan semangkuk susu. Aku memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: Engkau telah memilih fitrah. Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutus? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutus. Lalu dibukakan pintu kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku dengan kebaikan. Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutus? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutus. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutus? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutus. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikaruniai kedudukan yang sangat tinggi. Dia menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutus? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutus. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah s.w.t berfirman: Dan kami telah menganggkat ke tempat yang tinggi darjatnya. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutus? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutus. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutus? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutus. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutus? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutus. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Begitu luasnya setiap hari dimasuki tujuh puluh ribu malaikat, yang setelah keluar mereka tidak kembali masuk. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha maka Sidratul Muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya. Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada baginda dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari semalam. Tatakala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah diwajibkan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Shalat lima puluh waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israil dan memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudian kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t mengurangi lima waktu shalat. Baginda kembali kepada Nabi Musa a.s dan berkata: Allah telah mengurangi lima waktu shalat dariku. Nabi Musa a.s berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Aku pulang pergi antara Tuhan dan Nabi Musa a.s, sampai Allah s.w.t berfirman: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap shalat fardu mendapat sepuluh kelipatan pahala, maka lima waktu shalat sama dengan lima puluh shalat. Barangsipa berniat untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukannya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka
dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya Barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang-ulang menghadap Tuhan, sehingga aku merasa malu kepadaNya.
(Sahih Bukhari 5 no 227).

Muhammad: Penyebar Agama Rasional

Rasulullah adalah seorang penyebar ajaran keimanan yang sangat rasional. Beliau tidak pernah berkenan meyakinkan pengikutnya dengan mukjizat.

Rasulullah dan Pengemis

Rasulullah SAW dan seorang pengemis..

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap
harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai
saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka
kalian
akan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan
membawakan
makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan
makanan yang dibawanya kepada pengemis itu
sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu
adalah
Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW praktis tidak ada lagi orang yang
membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu
hari
! sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah
anaknya Aisyah RA yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri
Rasulullah
SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,
"Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?". Aisyah
RA
menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir
tidak
ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja".
Apakah Itu?", tanya Abubakar RA.
"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi keujung pasar dengan
membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di
sana",
kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan
untuk
diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu
memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya,
si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu ?".
Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa."
"Bukan! Engkau bukan ora! ng yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis
buta
itu.
"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak
susah
mulut ini mengunyah.

Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih
dahulu
dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku", pengemis
itu
melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata
kepada pengemis itu,
"Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu.
Aku adalah salah seorang dari sahabatnya,
orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar
penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian?
Selama ini
aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku
sedikitpun,
ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....
" Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan
Abubakar RA
saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq
Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau?
Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.
Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah
baiknya
kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang
kita
sanggup melakukannya.

Friday, January 11, 2008

Kekuatan Maaf

Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, "Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?"

Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, "Aku datang ke negri ini hanya untuk membunuh Muhammad!".

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, "Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?".

Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri bertanya, "Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!" Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, "Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu".

Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, "Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah)." Si musyrik itu menjawab dengan ketus, "Aku tidak akan mengucapkannya!". Rasulullah membujuk lagi, "Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah." Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, "Aku tidak akan mengucapkannya!"

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negrinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, "Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah."

Rasulullah tersenyum dan bertanya, "Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?" Tsumamah menjawab, "Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keredhaan Allah Robbul Alamin."

Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, "Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah."

Pembaca, apa yang bisa kita simpulkan dari kisah ini?
Apakah kita pengikut ajaran beliau?
Tapi Pernahkan kita memaafkan kesalahan orang? Pernahkah kita mencintai sesama? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah kita ucapkan sebagai tanda kita pengkikut beliau...
Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. beliau adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak yang sempurna, pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna, tetangga yang sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah teladan yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladanku yang oleh Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang sempurna.

MAAF

Pada saat Nabi Muhammad masih di Makkah, disaat2 kamu Quraisy yang masih Kafir (tidak bersyukur adalah terjemahan asli dari Kufr, lawan kata Syukur atau Syukr), beliau memberikan nasehat2, dakwah, peringatan2, dan ajakan kepada semua orang yang beliau kenal untuk mengimani Tuhan dengen sepenuhnya.
Ada salah seorang kaum Quraisy saat itu yang sangat membenci Muhammad, ibarat sudah mendarah daging kebencian yang ada di hatinya kepada Nabi yang suci ini.
Kebetulan rumahnya berada ditepi jalan yang biasa ditempuh oleh Rasulullah kalau mau bersilaturahmi kepada sahabat2nya.
Yang terjadi adalah, setiap Rasulullah lewat rumahnya, pasti akan langsung kedengaran suaranya yang meludah ketanah, keras dan berulang, diiringi dengan umpatan2 yang terkadang didengar atau terkadang tidak didengar oleh rasulullah. Dan ini berlangsung sudah lama dan setiap hari.
Sampai suatu hari, saat rasulullah lewat jalan itu, tidak terdengar suara 'langganan' yang sering beliau dengar dari rumah tersebut. Rasulullah tersenyum, mungkin pikirnya orang tersebut sedang ada keperluan. Tapi sudah beberapa hari, gak juga muncul suara tersebut, Rasulullah heran. Beliau merasakan ada yang tidak beres dengan orang tersebut. Akhirnya rasulullah bertanya2 kepada orang2 disekitar daerah itu, kemanakah gerangan orang tersebut?
Kebanyakan orang2 lebih heran lagi, kenapa Muhammad bertanya tentang orang yang sudah jelas2 sangat membencinya, dan kebenciannya itu sering ditunjukkan secara nyata. Tapi mereka toh akhirnya memberi-tahukan juga kepada Rasulullah letak rumah orang tersebut.
Akhirnya Rasulullah mendatangi kerumahnya. Didapati oleh beliau, bahwa orang yang sering meludahi dan memaki2nya tersebut sedang berbaring sendirian, dalam keadaan sakit. Rasulullah akhirnya masuk kerumah orang tersebut, sembari tersenyum tulus dan memegang tangannya dengan penuh kasih, sambil didoakan agar segera sembuh.
Orang itu tiba2 menangis, dan berkata: "Wahai Muhammad... Saat aku sakit, orang2 yang aku hormati, yang aku hargai, yang aku puji2, tidak ada satupun yang menjengukku. Tapi engkau Muhammad, orang yang selalu kubenci dengan segenap darah dan hatiku, yang setiap saat melihatmu tidak pernah aku tidak memakimu, meludahimu, tapi cuma engkau yang datang menjengukku. Sungguh Mulia hatimu Muhammad. Sungguh mulia apa yang engkau ajarkan. Dan saksikan wahai saudaraku, mulai sekarang, aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Engkau adalah utusanNya.."

Pembaca, apa yang bisa kita simpulkan dari kisah ini?
Apakah kita pengikut ajaran beliau?
Tapi Pernahkan kita memaafkan kesalahan orang? Pernahkah kita mencintai sesama? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah kita ucapkan sebagai tanda kita pengkikut beliau...
Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. beliau adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak yang sempurna, pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna, tetangga yang sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah teladan yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladanku yang oleh Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang sempurna.

Monday, April 30, 2007

AHLI BATU

Hiduplah seorang ahli batu yang sangat terkenal di China. Hasil karyanya tersohor di segenap penjuru negeri. Batu-batu permata dan intan yang berkilauan itu, dipajang menjadi perhiasan jemari dan kaki para raja. Hampir semua batu indah di dunia ini, pernah diolah tangannya. Giok, rubi, dan safir, terpajang di segenap sudut-sudut rumahnya.

Namun, sang ahli sudah sangat tua. Kini, ia berusaha mencari pengganti dan penerus karya-karyanya. Belasan orang berusaha berguru. Tapi, tak ada yang cocok buat pekerjaan itu. Hingga akhirnya ia menemukan seorang pemuda yang tampak bersemangat, dan bersedia menjalani ujian.

"Anak muda, ujian pertama ini tidak sulit," ucap sang ahli membuka pembicaraan.
"Mudah saja. Begini, jika kamu mampu mengambil batu dalam genggamanku, maka kamu layak mewarisi semua ilmuku. Namun, jika tanganku yang lebih cepat menutup, maka kamu harus mengulang ujian itu besok." Anak muda itu mendengarkan dengan seksama. Ia mengangguk pelan, "Baiklah, itu pekerjaan mudah."

Ujian itu pun dimulai. Sang ahli, meletakkan sebuah batu di atas genggaman.
Disodorkannya ke arah muka si anak muda. "Ayo, ambil". Hap. Tampak kedua tangan
yang beradu cepat. Sang pemuda berusaha meraih batu dalam gengaman itu. Ah, dia
kalah sigap. Tangan sang ahli telah lebih dulu menutup. "Kamu belum berhasil anak muda. Cobalah besok." Sang pemuda tampak kecewa.

Keesokan harinya, anak muda itu kembali mencoba. Ujian pun berulang. Lagi-lagi, dia gagal. Gerakannya masih terlalu lambat. Ia pun harus kembali mengulang ujian itu. Dua, tiga hari dilaluinya, tak juga berhasil. Sembilan hari telah terlewati, tapi batu itu masih belum berpindah tangan. Pemuda itu mulai tampak putus asa, dan dia berjanji, kalau besok masih belum berhasil, dia akan berhenti dan tak mau menjadi ahli permata.

Hari penantian itu pun tiba. Keduanya telah duduk berhadapan. Sang ahli bertanya, "Kamu sudah siap?" Sang ahli meletakkan sebongkah batu di atas gengamannya. Namun, tiba-tiba anak muda itu berteriak, "Hei, tunggu dulu. Itu bukan batu yang biasa kita gunakan!" Alih-alih meraih batu itu, sang anak muda malah menanyakan tentang batu. Wajah keheranan itu dibalas dengan senyuman dari sang ahli batu. "Anak muda, kamu lulus ujian pertama dariku. Selamat!"

***

Hidup di dunia, kadangkala seperti pertunjukan sulap. Apa yang ada di depan mata, seringkali bukan apa yang kita dapatkan. Harapan yang kita inginkan, acapkali meleset. Banyak yang tertipu, banyak pula yang salah duga dan salah kira. Sebab, di sana memang penuh kepalsuan.

Teman, sering kita mendengar istilah, siapa cepat dia dapat. Kita pun terpacu untuk sepakat dengan perkataan itu. Kemudian, segalanya berubah menjadi begitu bergegas. Adu cepat dan adu sigap. Namun, adakah yang tercepat selalu yang jadi pemenang? Kadangkala jawabannya tidak semudah itu. Saya percaya, tak selamanya kita memaknai hidup ini dengan cara-cara seperti itu. Ada kalanya kita perlu bertanya kepada hati tentang makna hidup yang sebenarnya. Setidaknya, kali ini saya percaya, mereka yang cermatlah yang akan memenangkan pertarungan hidup. Mereka-mereka yang belajar tentang ketelitianlah yang lulus dari ujian kehidupan. Tak selamanya, si cepat adalah si juara.

Terima kasih telah membaca. Hope you are well and please do take care.
Wassalamualaikum wr wb.
Salam hangat!!!